Pendidikan bukan hanya sekadar proses transfer pengetahuan, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang bagi individu dan negara. Sistem pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten, kreatif, dan inovatif, yang menjadi motor penggerak pembangunan. Tidak heran jika negara-negara maju selalu memiliki sistem pendidikan yang kuat dan berorientasi pada kualitas.
Guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena perannya dalam mendidik, membimbing, dan membentuk karakter generasi penerus bangsa. Namun, di tengah kompleksitas sistem pendidikan yang terus berubah, muncul pertanyaan: Apakah guru tetap menjadi pahlawan, atau justru korban dari sistem yang tidak berpihak kepada mereka?
Tantangan Guru dalam Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan, salah satunya melalui revisi kurikulum yang terjadi hampir setiap beberapa tahun. Setiap perubahan menuntut guru untuk terus beradaptasi dengan metode pembelajaran baru, tuntutan administrasi yang semakin rumit, serta beban tanggung jawab yang semakin berat. Namun, apakah perubahan ini juga diiringi dengan peningkatan kesejahteraan dan penghargaan yang layak bagi guru?
Secara hukum, hak dan kewajiban guru sebenarnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mencakup sertifikasi dan peningkatan profesionalisme. Selain itu, berbagai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) juga mengatur tentang kurikulum, penilaian, dan pengembangan guru. Namun, kenyataan di lapangan sering kali tidak seideal yang diharapkan.
Beban Administratif dan Evaluasi Kinerja Guru
Dalam sistem pendidikan yang ideal, guru seharusnya memiliki kebebasan dalam mengajar, berinovasi, dan berkreasi. Sayangnya, banyak guru yang justru terbebani oleh tuntutan administratif yang menyita waktu mereka. Alih-alih fokus pada proses pembelajaran yang bermakna, mereka harus menghabiskan banyak waktu untuk mengisi laporan, menyusun dokumen penilaian, serta mengikuti berbagai pelatihan dan sertifikasi yang terkadang lebih bersifat formalitas.
Selain itu, evaluasi kinerja guru masih banyak berfokus pada hasil ujian siswa, tanpa mempertimbangkan aspek-aspek lain yang lebih komprehensif. Padahal, kualitas pendidikan tidak hanya ditentukan oleh angka di atas kertas, tetapi juga oleh kemampuan guru dalam membangun karakter, kreativitas, dan daya pikir kritis siswa.
Penghargaan terhadap Profesi Guru: Antara Harapan dan Kenyataan
Meskipun peran guru sangat besar, penghargaan terhadap profesi ini masih jauh dari ideal. Masih banyak guru honorer yang menerima gaji di bawah standar kesejahteraan, padahal mereka memiliki beban kerja yang sama beratnya dengan guru berstatus PNS. Selain itu, kesejahteraan guru sering kali bergantung pada kebijakan pemerintah daerah, yang tidak selalu berpihak kepada mereka.
Jika pemerintah benar-benar ingin menjadikan pendidikan sebagai prioritas, maka sudah seharusnya kesejahteraan dan profesionalisme guru menjadi perhatian utama. Guru bukan sekadar pelaksana kebijakan pendidikan, tetapi juga agen perubahan yang menentukan masa depan bangsa. Tanpa penghargaan yang layak, bagaimana kita bisa berharap mereka tetap berdedikasi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa?
Deswinta Elfrida
Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Maritim Raja Ali Haji